Merenungkan Ayat-Ayat Allah Di Alam Raya
Salah satu karakter yang terdapat dalam diri orang yang beriman adalah kemampuannya untuk memahami tanda-tanda dan bukti-bukti kekuasaan Allah dengan akal fikiran mereka. Ia sentiasa merenungkan keagungan Allah yang nampak dalam pandangannya, didengar oleh telinganya dan dirasakan oleh hatinya. Ia mengetahui bahawa semua ciptaan Allah tiada yang sia-sia, dan berusaha memahami kekuasaan dan kesempurnaan ciptaan-Nya di segala penjuru alam ini. Pemahaman tersebut akhirnya akan menghantarkan seorang mukmin kepada penyerahan diri yang sempurna kepada Allah, ketundukan dan rasa takut akan azab-Nya yang diiringi dengan kesyukuran serta pengharapan akan rahmat dan kasih sayang-Nya. Allah menyebutkan mereka dalam firman-Nya:
Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi, dan pada pertukaran malam dan siang, ada tanda-tanda (kekuasaan, kebijaksanaan, dan keluasan rahmat Allah) bagi orang-orang yang berakal; (Iaitu) orang-orang yang menyebut dan mengingati Allah semasa mereka berdiri dan duduk dan semasa mereka berbaring mengiring, dan mereka pula memikirkan tentang kejadian langit dan bumi (sambil berkata): "Wahai Tuhan kami! tidaklah Engkau menjadikan benda-benda ini dengan sia-sia, Maha suci engkau, maka peliharalah Kami dari azab neraka. (QS Ali imran 3: 190-191).
Sebaliknya, Allah swt mengecam orang yang tidak menggunakan deria mereka untuk memikirkan kekuasaan Allah dan memahami ayat-ayat Allah baik yang tersurat di dalam Al-Quran atau yang tersirat di alam raya yang sangat luas ini.
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. Al-A'raaf, 7: 179)
Dalam ayat ini Allah swt menyatakan secara jelas sebab-sebab mengapa kebanyakan manusia dan jin dilemparkanNya ke dalam neraka Jahannam iaitu karena mereka tidak mensyukuri ketiga-tiga terpenting iaitu nikmat hati, nikmat mata dan nikmat telinga.
Imam Al-Ghazali berkata dalam kitabnya Ihyaa ‘Uluumiddin bahawa rukun syukur ada tiga:
- Mengucap syukur dengan lidah (Alhamdulillah)
- Pengakuan dalam hati bahawa nikmat adalah anugerah Allah
- Menggunakan nikmat pada jalan yang diredhai Allah.
Atas dasar ini, seseorang belum lagi digolongkan telah bersyukur kepada Allah kalau hanya sekedar mengucapkan syukur dengan lisannya (Alhamdulillah) dan pengi’tirafannya bahawa nikmat itu pemberian Allah sekiranya dia tidak ikuti dengan rukun ketiga iaitu menggunakan nikmat tersebut sesuai dengan tujuan nikmat itu diciptakan oleh Allah.
Mensyukuri nikmat hati atau minda ialah dengan berusaha keras memahami ayat-ayat Allah samada ayat-ayat Al-Quraniyah ataupun ayat-ayat Kauniyah (kejadian dalam alam maya ini). Lanjutan daripada pemahaman yang mendalam itu akan membuahkan natijah bahawa hanya Allah saja yang wajib disembah dan dipatuhi dalam hidup ini.
Mensyukuri nikmat penglihatan dan nikmat pendengaran ialah dengan menggunakan nikmat-nikmat tersebut untuk melihat akan kekuasaan Allah dan mendengar pengajaran dan nasehat yang terkandung dalam ayat-ayat Allah. Dan selanjutnya dengan bersikap demikian akhirnya ia akan insaf dan menjadi manusia yang lebih bertaqwa kepada Allah dan istiqamah dengan ajaran Islam.
Tetapi sekiranya ketiga-tiga nikmat tersebut tidak disyukuri sebagaimana semestinya maka Allah SWT menggolongkan mereka seperti makhluk hewan (binatang), malahan lebih sesat lagi daripada binatang. Selain daripada itu, dalam ayat lain, Allah juga telah firmankan:
Atau apakah kamu mengira bahawa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)." (QS. Al-Furqaan, 25: 44)
Jadi, hanya mereka yang mau berpikir sahaja yang akan mampu melihat dan kemudian memahami tanda-tanda kebesaran Allah, serta dari peristiwa-peristiwa yang Allah ciptakan. Mereka mampu mengambil sesebuah kesimpulan berharga dari setiap perkara, besar ataupun kecil, yang mereka saksikan di sekeliling mereka.
Sebagai contoh, ketika seseorang bangun dari tidurnya di pagi hari, lantas ia berfikir bahawa:
Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha." (QS. Al-Furqaan, 25: 47)
Dirinya akan menyedari dengan sepenuh hati akan tugas dan kewajibannya sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi ini, sehingga bersemangat untuk berusaha dan bertungkus lumus dalam beramal dan bekerja. Semua itu demi menggapai kehidupan yang damai di dunia tanpa mengabaikan tujuan utama untuk menggapai kesenangan abadi di akhirat nanti, sebagaimana Allah telah perintahkan:
Wahai orang-orang yang beriman! bertaqwalah kepada Allah (dengan mengerjakan suruhan-Nya dan meninggalkan larangan-Nya); dan hendaklah tiap-tiap diri melihat dan memerhatikan apa yang ia telah sediakan (dari amal-amalnya) untuk hari esok (hari akhirat). dan (sekali lagi diingatkan): bertaqwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat meliputi pengetahuannya akan segala yang kamu kerjakan.(QS al-Hasyr, 59: 18)
Begitu pula ketika menyaksikan keindahan alam, seorang mukmin akan merenungkan kekuasaan Allah yang tiada bandingnya, sebagaimana rifman Allah swt:
Tidakkah kamu melihat bahawasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Faathir, 35: 27-28).
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS al-Baqarah, 2:164).
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui. ( QS Al-An’am, 6:97).
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (QS Al-An’am, 6:99).
Tanda-tanda kekuasaan Allah ini diperingatkan kepada manusia agar mereka memahami untuk apa dia hidup dan kepada siapa dia kembali setelah mati. Namun, hanya orang-orang beriman yang mampu memahami semua itu kerana kesucian jiwa, kesabaran dan keikhlasan hati yang mereka miliki.
Orang-orang beriman menyedari dengan sepenuh hati bahawa akhir daripada perjalanan panjang di dunia fana ini adalah kematian, yang merupakan pintu gerbang memasuki kehidupan hakiki di akhirat yang abadi. Mereka akan beroleh kenikmatan yang tiada tara di sisi Allah swt, sebagaimana firman-Nya:
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam syurga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya." (QS. Al-Ankabuut, 29: 57-59).
Manakala orang-orang yang lalai dari mengingat Allah dan tidak memikirkan kekuasaan-Nya kerana leka dengan gemerlap kehidupan dunia, mereka tidak menginginkan kematian dan hari pembalasan kerana mereka tidak ingin lepas dari kesenangan dunia. Allah berfirman:
Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu juga kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya". (QS. Ali 'Imran, 3: 30)
Oleh itu, hendaknya kita melatih jiwa dengan merenungkan kekuasaan Allah di alam semesta ini agar sentiasa merasakan keagungan dan kasih sayang-Nya. Sehingga, semua itu akan menimbulkan rasa gerun dan takut akan azab dan seksa-Nya yang teramat dahsyat seiring dengan pengharapan akan rahmat dan keampunan-Nya yang tiada bertepi. Jadikanlah perenungan itu juga sebagai wujud kesyukuran atas anugerah penglihatan terhadap keindahan semesta dan pendengaran akan simfoni alam agar dapat merasai kerinduan kepada Pencipta Yang Maha Kaya lagi Maha Perkasa.
No comments:
Post a Comment